Dia yang disana... Yang tertelan dalam kegelapan malam...
Dia yang seakan buta karena mentari menghilang...
Tubuhnya kehilangan gravitasinya...
Terapung mengambang-ambang di udara...
Terapung mengambang-ambang di udara...
Tega benar dia...
Seharusnya itu deritanya...
Seharusnya air matanya saja yang mengalir...
Seharusnya rasa kalut itu miliknya seorang...
Seharusnya hanya hatinya saja yang terkoyak...
Seharusnya jangan dia bebani aku dengan derita hidupnya...
Tapi ini salahku, bukan salahnya...
Aku itu tanaman yang tak cukup mempesona...
Dan bagiku dia adalah sang benalu...
Yang seharusnya kubenci...
Yang seharusnya ku maki...
Dia menyiksaku, membebaniku...
Namun aku tak mampu melepaskannya...
Tanpa dia sadari, dia telah menjebakku...
mempermainkanku... menyeretku...
Tapi lagi-lagi ini salahku dan bukan salahnya...
Karena aku tidak pernah berusaha melepaskannya,
bahkan untuk mengeluh saja aku tak mau...
Kubiarkan diriku mengalir mengikuti arus realita hidupnya...
Berkelana mengikuti setiap langkahnya...
Ingin ku menjadi angin agar dapat bebas berkeliaran
dan berbisik untuknya...
Sayang...
Lagi-lagi, ketakutanmu menjadi deritaku...
Air matamu seakan menyiksaku...
Amarahmu membuatku menjerit terbakar...
Penderitaanmu menghisap habis kebahagiaanku...
Jangan berlari, jangan bersembunyi...
Temukan saja aku yang selalu ada disini...
Siap berbagi, siap kau bebani...
Tanpa berharap kau akan peduli...
Lihatlah aku, meskipun sulit...
Jadikan aku bintangmu, meski banyak pesona bintang
lainnya yang lebih memukau...
aku bahkan siap menjadi sang rembulan...
Yang siap menerangi malammu yang kelam...
Andai kau tahu...
Air matamu adalah mimpi burukku...
Ketakutanmu adalah mala petaka bagiku...
Deritamu adalah deritaku...
Karena kamu adalah benalu yang ku sayang...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar